Manusia yang lebih baik dari sebelumnya?
Ya, di beberapa kajian yang pernah saya ikuti, hampir seluruhnya mengulas topik untuk tidak menyia-nyiakan waktu dalam hidup dan untuk tidak berleha-leha dalam dunia. Karena dunia ini fana.
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika mereka mengetahui." (QS. Al-'Ankabut : 64)
Terlena dengan dunia yang fana?
Ya, bagi beberapa orang akan mudah terlena dengan dunia yang fana. Hingga pada akhirnya waktu terbuang sia-sia tanpa ada progress ke arah kehidupan yang lebih baik.
Dari situlah, kita bisa mengambil pelajaran bahwa kita perlu menggunakan waktu sebaik mungkin. Istilah gaulnya itu, Don't waste your time!
Itu poin pertama.
.
Kesempatan berinteraksi dengan orang lain, berkenalan dengan orang lain, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, adalah nikmat yang patut disyukuri dan dijaga. Bagaimana cara menjaga persaudaraan itu? Caranya dengan memupuk tali silaturrahmi, menyiangi dengan rasa empati dan simpati, serta pencegahan hama su'udzon dan kemunafikan. Dengan begitu, kita bisa kontinu dalam menjalin hubungan baik dengan orang lain. Oh ya, jangan lupa, landasi hubungan persaudaraan ini karena Allah.
Luasnya jaringan persaudaraan yang kita miliki, memudahkan diri untuk menebar kebermanfaatan bagi orang lain.
Inilah poin keduanya.
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia." (H.R. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Darudutni yang telah dihasankan oleh Albani di dalam shahihul jami' no. 3289)
.
Pada Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 56, Allah berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah."
Dari ayat tersebut, sudah tercantum dengan jelas tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Menyangkut hal inilah, agar nilai hidup kita tetap terpaut pada tujuan tersebut, perlulah kita tata dalam diri, dalam hati kita, bahwa setiap apa yang kita perbuat adalah untuk beribadah kepada Allah. Saya yakin, kecil kemungkinan maksiat itu akan terjadi. Agak lucu atau justru sangat lucu bilamana seorang preman mencuri perhiasan milik tetangga diniatkan ibadah karena Allah.
Inilah poin ketiganya, Hidup untuk Ibadah.
Dengan mindset tersebut, hidup akan lebih terarah dan tenang. Tidak perlu gelisah dengan harapan-harapan manusia yang seringkali palsu. Cukup Allah di dalam hati, di dalam jiwa, di dalam setiap hembusan nafas kita, di dalam setiap langkah perjuangan kita.
.
Penjabaran sedikit ini saya tuliskan berdasarkan tiga aspek yaitu diri, orang lain, dan Allah. Tiga aspek tersebut yang saya jabarkan tidak sesuai urutan. Saya bebaskan kepada para pembaca untuk mengurutkan sesuai prioritas. Tapi sarankan, poin ketiga itulah yang menjadi prioritas utama kita karena menyangkut tentang tujuan dan arah hidup kita. Hidup yang abadi.
.
Mohon maaf jika ada salah kata. Sekian.
.
Karena saya ingin
#LiburanBerfaedah
melalui
#JSGiveaway
dan tetaplah
#MengayunDzikirMenantangFikir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar